Kamis, 12 Desember 2013

Kuis Spesial: Christmas

Hai.. Aku mau mengadakan kuis. Ini kuisnya!
                                                   Natal 
Setiap tanggal 25 Desember, aku mengadakan Natal. Aku selalu menghias pohon Natal, menyiapkan makanan spesial, dan lain-lain. 
Aku tidak tahu apakah Santa Claus itu ada. Tapi, aku dan keluargaku sudah senang jika Natal tiba. Sebab, aku bisa membantu Mama menyiapkan kue Natal, membantu Kakak menghias pohon Natal, dan menyanyikan lagu Natal di Gereja pada saat hari Natal. Pokoknya jika Natal tiba, menyenangkan, deh!
Pada saat Natal, keluarga besarku akan berkumpul dirumahku. Ada Kakek, Nenek, Kakak, Tante, Om, dan Adik-adik sepupuku yang datang. Tak lupa pula saudara sepupu datang juga. Biasanya, setelah pulang dari Gereja aku dan keluarga besarku suka berpesta ria. Makanan yang dibuat Mama serta aku dilahap keluarga besar. Ada spagheti, fortune cookie, kue Natal, dan lain-lain. Kalau sudah begitu, pasti teman-temanku ikut datang membawa kado ke rumah setiap sahabatnya. 
Pokoknya Natal ini sangaaaaaat menyenangkaaaan. Aku tidak sabar menunggu Natal tahun depan. Rumahku dipenuhi orang terdekatku. Daan.. Bagaimana Natal kalian?

Soal:
1. Apa makanan yang "Aku" dan Mama buat?
2. Apa yang "Aku" siapkan menjelang Natal tiba?
3. Jika temanku datang kerumahku, mereka membawa apa?
4. Rumah "Aku" dipenuhi ... terdekatku
5. Kapan hari Natal tiba?

Gitu ajaaa.. Moga-moga kalian bisa jawab.  Oiya! Hadiahnya ini..
1. Menjadi pemeran utama di cerita di blog ini selama 5 hari
2. Menjadi sahabat di cerita blog ini selama 5 hari
3. Menjadi tokoh pendukung di cerita blog ini selama 5 hari
Thank's for watching. By: Tamara


 

Minggu, 17 November 2013

Si Centil



"Awwh...sakit.." kata Amira karena disentuh oleh Cha-Cha. Ya, Amira adalah anak yang centil. Kena sentuh saja sudah berkata "awwh...sakit...". Ia mempunyai sahabat bernama Luna. Luna tidak terpengaruh oleh sifat Amira yang centil. Ia tahu, dibalik Amira yang centil, Amira adalah orang yang baik, ramah, suka membantu, dan pintar, ia hanya centil karena suka bercanda.
       Cha-Cha heran.
       "Kenapa sih, aku kan cuma sentuh doang!"
       "mau tahu aja apa mau tahu banget? Kamu kepo?" tanya Amira,
       "mau tahu banget! Aku kepo! Puas?" jelas Cha-Cha.
       "Puas banget! Aku gak mau disentuh soalnya...gak sakit, hehehehe..."
       "aneh!" seru Cha-Cha langsung meninggalkan Amira. Semua teman Luna selalu bertanya padanya. Seperti,
       "Luna, kamu kok mau jadi sahabat Si Centil itu? Kenapa?". Tetapi Luna biasanya hanya tersenyum, dan terkadang menjawab, "dia baik kok!".
       Hari ini Amira dan Luna pulang bersama. Amira akan menraktir Luna makan bakso ayam bersama di Warung Bang Ecep. Ya, Warung Bang Ecep adalah warung bakso ayam langganan Amira dan Luna.
       "Bang Ecep...Nona mau pesan bakso ayam 2 ditambah es salju 2 ya!" kata Amira saking centilnya. Iya selalu berkata dirinya adalah Nona kepada Bang Ecep, dan selalu berkata es salju jika memesan milkshake vanilla.
       "Siap!" seru Bang Ecep segera membuatkan 2 bakso ayam dan 2 es salju.
       Bang Ecep segera membawa pesanan Amira ke tempat duduk Amira dan Luna.
       "Te es, Bang!" kata Amira. Te es artinya thanks, yang mempunyai arti terima kasih. Ya, Amira sudah biasa berkata itu kepada Bang Ecep.
       "Es em dua, Mir!" jawab Bang Ecep. Es em dua artinya sama-sama, Amira yang menyuruh Bang Ecep berkata itu jika berkata sama-sama.
       Luna dan Amira dengan lahap melahap bakso ayamnya. Luna tadi menambahkan banyak sekali sambal ke baksonya, alhasil ia memesan es teh. Setelah selesai, Amira membayar semuanya dengan total lima belas ribu.
       "Te es ya, Amira!" kata Luna,
       "es em dua, Luna!" balas Amira.
       Di dekat pohon beringin, mereka berpisah. Tentunya karena rumah mereka berbeda.
       "Permisi...Bunda...ini Amira.." ucap Amira memberi salam.
       "Iya, Amira, mau tidak, kamu antar kue pastel ini ke Mbak Anita?" tanya Bunda, ya Bunda Amira adalah pembuat kue basah dan kue kering. Amira mengangguk. Ia mengambil dua keranjang yang berisi pastel.
       Sebelum mengantar, ia mampir ke rumah Luna. Seperti biasa, Luna pasti membantu Amira mengantar pesanan. Maka dari itu, tadi Amira membawa dua keranjang pastel.
       "Antar kemana?" tanya Luna dengan polos,
       "ke Mbak Sin Chan, hehehe" kata Amira. Mbak Sin Chan adalah ejekan bagi Mbak Anita. Mbak Anita suka sekali tokoh kartun bernama Sin Chan,
       "oh.." balas Luna mengerti.
       Tak disangka, mereka sudah sampai di depan rumah Mbak Anita.
       "Mbak Sin Chan...Mbak Sin Chan...ini pastelnya.." seru Amira dari luar rumah.
       "Eh, Si Centil! Ada Luna juga! Terima kasih ya! Ini bayarannya, tiga puluh lima ribu, kan!" Amira mengangguk seraya mengambil uang itu. Luna diberi upah mengantar lima ribu oleh Amira.
       "Terima kasih, ya!" ucap Luna.
       "Es em dua!" balas Amira.
       Setelah sampai di rumah, Amira menyerahkan uang itu kepada Bunda.
       "Tadi aku beri Luna lima ribu sebagai upah mengantar Bun, tidak apa, kan?” tanya Amira meyakinkan. Bunda mengangguk,
       “tidak apa, kok!” balas Bunda, Bunda memberi upah untuk Amira sebesar tujuh ribu. Amira menuju kamarnya, ia mencari celengan babinya, lalu memasukkan uang sebesar dua ribu ke celengan babi itu.
       “Cepat penuh ya, Piggy!” serunya, celengan babi itu memang diberi nama Piggy oleh Amira. Amira memang suka menabung, ia selalu menyisihkan uang jajannya untuk menabung. Hebat ya! Walau centil tetapi suka menabung.
       Suara ketukan pintu rumah Amira jelas terdengar. Dengan segera, Amira membuka pintu.
       “Ayah!” serunya sambil memeluk Ayah yang baru pulang kerja.
       “Kenapa Ayah pulang lebih awal?” tanya Amira kemudian, memang benar! Biasanya Ayah pulang larut malam, tetapi sekarang Ayah pulang sore. Ayah Amira bekerja sebagai programmer atau pembuat program.
       Ayah menjelaskan apa yang terjadi. Kaget. Sangat kaget. Apakah benar?. Sungguh?. Cerita Ayah sangat mendesak Amira dan Bundanya, ada apa?.
       Tadi Ayah bercerita seperti ini,
       “maaf kalau membuat Bunda dan Amira kaget, tapi...ini sudah diatur sama yang di atas! Begini, tadi di kantor Ayah ada pengeluaran beberapa karyawan. Dan...Ayah terpilih...ya, mau bagaimana lagi, mungkin ini yang terbaik untuk kita! Kita jalankan saja ya! Nanti Ayah akan berusaha melanjutkan usaha Ayah di perdagangan!” jelas Ayah. Ayah dipecat. Tapi, ini memang sudah kehendak Yang Maha Kuasa. Ayah tidak tinggal diam! Ayah akan melanjutkan perdagangannya. Ya, Ayah sangat senang jika jual beli mobil.
       Amira dan Bunda mengerti. Amira bertekad akan membantu Ayah. Amira mempunyai kratifitas yang sangat tinggi. Jadi, ia bisa membantu Ayahnya dengan menggunakan kreatifitasnya itu.
       Besoknya, di sekolah, Amira bercerita tentang keluarganya kepada Luna. Luna tersentak kaget.
       “Lalu bagaimana, Mir?” tanyanya.
       “Kebetulan, aku suka berkreatifitas, jadi aku mau bantu Ayahku dengan kreatifitasku! Kalau boleh...kamu mau bantu aku tidak? Kamu kan pintar buat novel! Jadi kamu terbitin, terus hasilnya...untuk kamu..dan untuk aku...sedikiit saja...” ucap Amira tak enak.
       “Boleh, tidak usah sungkan-sungkan! Aku akan membantumu!” balas Luna. Amira memeluk sahabat sejatinya itu. Sahabat yang tidak memandangnya disaat senang saja, tetapi di saat membutuhkan bantuan juga.
       Di rumah, Amira membuat tempat pensil dari bahan yang tersedia. Ia mengambil gabus, kertas kado, kertas origami, pola berbentuk tupai, hiasan, lidi, karton, gunting, lem/double tip, pensil, dan mata palsu.
       Ia membuat 2 garis lurus pada karton, lumayan lebar. Lalu ia memotongnya, dan melipat karton itu membentuk lingkaran, seperti tabung tetapi tidak ada tutupnya dan bawahannya, lalu Amira mengoleskan lem ke salah satu ujung lingkaran tersebut. Ia menggunting kertas kado yang disediakannya. Lalu membungkus lingkaran karton itu dengan kertas kado.
       Ia mengambil kabus yang disediakannya. Ia membentuk gabus itu menjadi persegi panjang. Lalu membungkusnya dengan kertas kado berbeda agar terlihat lebih unik. Beberapa kali ia mengoleskan lem ke kertas kado itu agar menempel.
       Lalu, ia menempelkan lingkaran karton itu ke atas gabus yang sudah dibungkus kertas kado.  Ia menempelnya dengan double tip. Beberapa kali lingkaran karton itu jatuh karena tidak mau menempel. Tetapi ia tetap berusaha agar lingkaran karton itu berdiri.
       “Akhirnya...dia berdiri juga!” ucapnya setelah melihat lingkaran karton itu berdiri tegak di atas gabus yang sudah dibungkus kertas kado.
       Ia menggunting pola berbentuk tupai itu. Kaki, tangan, kepala, ekor, tinga, dan tubuhnya dipisah. Ia meletakkannya di atas kertas origami. Ia mengambil pensil lalu mengikuti pola kaki tupai itu di kertas origami. Dari tangan, kepala, ekor, telinga, dan tubuhnya diperlakukan sama seperti kaki tupai itu. Tubuhnya berwarna biru tua, dan kaki, tangan, kepala, ekor, dan telinganya berwarna biru muda.
       Ia menggunting pola anggota tubuh-tubuh tupai itu yang berada di kertas origami. Lalu menempelkan mata palsu di kepala tupai itu. Lalu ia menempelnya di depan lidi agar bisa berdiri. Ia menancapkannya di gabus tadi. Ia membuat bunga dengan cara sama seperti membuat anggota tubuh tupai itu. Dan menancapkannya kembali di gabus itu, ia membuat 2 bunga.
       Lalu ia membuat rumput dari kertas origami. Setelah selesai mengguntingnya, ia menempelkannya di gabus, tidak memakai lidi.
       “Ditambah apa lagi ya? Hehehe...rasanya sudah jadi...” gumamnya sendiri. Ia hanya menambahkan beberapa hiasan di tempat pensil itu.
       Tidak hanya 1, ia membuat 5 tempat pensil. Dan yang pertama dijadikan contoh. Ia menjual 1 tempat pensilnya itu seharga lima ribu.
       Esoknya, di sekolah ia bertemu Luna.
       “Luna...bagaimana novelmu, sudah ada yang dikirim?”
       “sudah. Tunggu saja diterbitkan.” Ucap Luna sambil membuat senyum kecil di wajahnya.
       Benar saja, 1 minggu kemudian, novel Luna terbit. Judulnya “The Secret of The Mountain”. Di rumah Luna, ia mendapat beberapa kiriman bukunya. Dengan segera kirimin buku karyanya ia masukan ke tasnya. Esoknya, ia segera menjual novelnya tersebut. Laris manis! Semua novelnya habis terjual.
       4 Minggu kemudian, mereka sudah mendapatkan uang sebesar dua ratus lima puluh ribu. Uang itu mereka bagi dua sama rata. Walau ada sisa, sisa itu diberikan pada Luna, karena ia menghasilkan biaya yang sangat banyak.
       Setiap hari mereka berjualan. Amira terus berkaya dengan kreatifitasnya. Luna terus menulis novel, dan cerpen untuk dijual.
       Waktu berjalan sangaaat cepat. Sekarang mereka berdua sudah kuliah. Amira menjadi seorang kreatifitas yang sudah mempunyai toko yang sangat besar. Dan toko itu mempunyai cabang. Luna sudah menjadi penulis hebat. Sekitar ratusan buku sudah diterbitkan.
       Amira sudah tidak centil lagi. Berkat sahabatnya, Luna. Keluarga Amira sudah sukses. Mereka menjalani hidup baru. Ayah Amira bekerja sebagai bos pabrik madu, sedangkan Ibu Amira mempunyai toko kue sangat besar. Dan cabangnya berada di seluruh Indonesia.
       Wah, kita harus mencontoh Amira! Berjuang dari kehidupannya yang jatuh karena Ayahnya tidak bekerja, menjadi rang yang sangat sukses dibantu sahabatnya.
The End. By: Pradnya Paramita {Mita}.

Sabtu, 16 November 2013

Persahabatan

Anggota:
1. Pradnya Paramita
2. Kimberly Tamara Cassiera
Mita: Aku suka komik Hai! Miiko. Cita-citaku ada 3.
Tamara: Aku suka komik Detektif Conan. Cita-citaku ada 2.
Sekian dulu....